Posted by Iis on May 20, '09 7:46 AM for everyone
Baru bulan lalu sy liburan ke Cirebon atau terkenal dengan sebutan Kota Udang (Lihat Pesona Kuliner dan Batik). Minggu lalu (15-16 Mei 09) dapat kesempatan lagi liburan semalam di Cirebon, kali ini bersama Ibu-ibu Pengurus Dharma Wanita Persatuan Asia Pasifik dan Afrika (DWP Aspasaf) Deplu. 12 orang Ibu, termasuk Ibu Lastry Hamzah (Pembina DWP Aspasaf, Gambar ke 3 berdiri dari kiri).
Perjalanan dimulai dari rumah jam 5.00 subuh.. maklum tempat kumpulnya di Pejambon jam 6.00 pagi sudah harus di lokasi. Waduh!! sampe di Pejambon, masih sepi... jam menunjukan 5.45 pagi. 20 menit berikutnya baru deh ibu-ibu mulai berdatangan... sampai jam 6.30 semua ibu-ibu sudah lengkap dan Bis berangkat.
Udara pagi yang masih cukup segar, ngobrol, bercanda ria didalam bis, gakterasa jam 11.00 kita sampai di SentraPembuatan Batik di Desa Trusmi, Plered, Cirebon. Inilah tujuan pertama tour kita. DiBatik Salma, milik Ibu Trisalela Gumelar yang ternyata masih saudara suami sy.
Mula-mula kita menuju tempat pembuatan Batik Tulis (diseberang show room) yang dibuat para pengrajin perempuan asli cirebon (gambar kanan) yang tekun membuat pola, menggoreskan malam dengan canting, sampai teknik pewarnaan dengan melelehkan malam dengan air panas. sepertinya mereka tidak merasa terganggu oleh kehadiran kita yg rada berisik..
Makan siang Empal Gentong, Sega Lengko dan dessert Es Kelapa muda sirup campolay serta Pisang Saba goreng yang disiapkan Butik Salma, sambil ngobrol. Beneran asli masakan Cirebon emang enak euy.. (Gambar Kiri Empal Gentong, Kiri bawah Sega lengko dan Es Kelapa Sirup Campolay)
Selesai makan siang dan sholat zuhur, dilanjutkan dengan hunting batik sampai jam 4 sore. hmmm... cukup banyak waktu yg disediakan panitia, maksudnya supaya ibu-ibu puas memilih apa yg diinginkan.
Baru satu tujuan wisata, kursi bis bagian belakang sudah penuh dengan batik dan kerupuk Mlarat/Mares (krupuk khas cirebon yg dimasak dalam pasir panas) yang dibeli ibu-ibu sebagai oleh-oleh.
Berikutnya kita menuju Hotel Santika Cirebon, tempat kita menginap semalam. 6 kamar di lantar 5 yang berjejer dengan pemandangan kehijauan lahan kosong dan kolam renang Hotel. Hotel Santika Resort, sesuai dengan namanya suasana resort menjadi begitu dominan dalam interior maupun eksteriornya.
(Gambar kanan : di Lobby Santika Hotel Cirebon).
Mandi sore dan Sholat magrib dikamar hotel. Jam 7 sore berangkat menuju Restoran Sea Food yang lumayan terkenal di Cirebon. Resto dengan disain bangunan tradisional, menggunakan pintu Gobyok ukiran kayu dan dinding bata merah. Sepi.. pengunjungnya hanya group kita malam itu. Duh terasa eksklusif makan malam kali ini.. sesuai dengan harganya yang disebut makan malam termahal tanpa gaun malam (canda Ibu lastry).
Keliling Kota Cirebon (City Tour) setelah makan malam. Menikmati Cirebon diwaktu malam yang temaram... sepi. Melalui beberapa bangunan peninggalan belanda, pelabuhan, Keraton Kacirebonan yang sedang ada pentas tari sebuah sanggar tari dan Gedung Pabrik Rokok BAT yang masih memproduksi Rokok Putih merek Commodore khusus untuk eksport.
Pagi hari setelah sarapan di Hotel dengan menu mulai dari tradisional Bubur Cirebon, Nasi Jamblang sampai menu internasional Roti, salad dan banyak pilihan lainnya. Sekali lagi, jangan pernah diet dalam wisata ke Cirebon, anda bisa rugi kalau tidak mencicipi aneka makanannya.
Jam 8 berangkat menuju Makam Sunan Gunung Jati. Melihat didalam area makam kegiatan yang biasa dilakukan penduduk disekitar serta para turis lokal (biasanya kelompok pengajian) yang khusus tahlil diadakan rutin 3 kali seminggu.
(gambar kanan : Makam sultan ada didalamnya, kiri : jejeran makam para kerabatnya)
Jejeran makam kerabat Sunan tersusun secara berurutan sesuai hirarki keluarganya.
Sayangnya pengutipan uang tiket disini tidak dilakukan secara resmi. Mulai dari parkir bis yang cukup mahal (Rp. 35 ribu), begitu pintu bis terbuka, sudah banyak anak-anak yang meminta sedekah, sambil terus mengikuti kemanapun kita melangkah. Insiden kecil terjadi saat seorang teman memberi sedekah kepada anak yang terlihat cacat mental, maka anak2 yang lain akan menyambar uang yg diberikan.. sehingga terjadi keributan kecil. Pemberi sedekah semakin dikerumuni peminta sedekah lainnya.. sampai susah untuk melangkah.
Di pintu masuk kita diminta untuk bersedekah dalam tromol yang disediakan.. dan setiap 1 meter, akan ada tromol atau bapak-bapak peminta sedekah. Aduh!!! beginikah cara mereka hidup? cukup meminta sedekah dari para pengunjung, tanpa kerja? Menyedihkan... yang paling miris adalah mendengar bisikan (kata Guide), harus menyumbang sampai Rp 5 juta, kalau rombongan mau melongok kedalam, dan Rp. 50 Juta apabila berniat sampai di Puncak makam, tempat sunan dan permaisuri disemayamkan. Itu semua dilakukan dengan cara bisik-bisik alias ilegal... duh... makam dijadikan ajang cari uang... sedih sy mendengarnya. smoga para Ulama disana segera menyadarkan peduduk yang melakukan praktek2 yang memalukan ini. Masih adakah orang yang meminta doa untuk kesuksesannya di makam ini? (hari gini masih berbuat syirik!, apa kata dunia!!!)
Kembali ke area makam, ada tempat sembahyang Permaisuri yang berasal dari cina (masih dengan kemenyan) dan Pendopo (tempat sholat) dengan banyak pancuran air untuk berwudhu. Paduan dua budaya dan dua agama ada dalam satu area disini. (Lihat gambar atas : tempat sembahyang agama budha dan Tempat sholat yg bersebelahan, saat tahlil).
Dari makam kita kita mampir di Gua Sunyaragi (Raga nan sunyi). Legenda Gua ini dahulunya digunakan orang yg berniat pergi ke Mekkah, konon cukup bersemedi di Gua ini, maka jiwanya akan sampai di Tanah suci Mekkah. Hati-hati Ular mengintai anda saat wisata diarea yang cukup menyeramkan ini, kondisi ilalang yg tidak pernah dipotong, rumah yang agak lembab, tempat yang baik untuk ular berkembang biak.
Kemudian kita menuju Kuningan, tempat Perundingan atau Perjanjian Linggar Jati ditanda tangani Bung Karno dan para pemimpin manca negara. (Gambar kiri atas : Diorama perjanjian linggar jati, Kanan : Di ruang perjanjian)
Rumah peristirahatan diatas bukit nan asri, dengan pemandangan perumahan penduduk yang tertata rapi ini merupakan rumah orang belanda pemilik Perkebunan Tebu di Kuningan.
Harga tiket masuk rata-rata Rp. 75 ribu sampai Rp 100 ribu per rombongan.
Dari Linggar Jati kita menuju Kolam renang Cibulan, yang konon legendanya ada ikan berwana transparant hidup sana.
Ternyata banyak juga tempat wisata di Cirebon yang penuh dengan creita legenda yg gak masuk diakal. Mungkin perlu para pakar ilmu yang terkait meneliti kebenaran cerita2 lama ini. Supaya lebih bisa diterima akal sehat maksudnya.
Usai dari Kuningan ini, mampir sebentar makan siang di Restoran Sunda "Ampera" di Jalan menuju Cirebon, kemudian penutup wisata kita adalah Sentra Batik trusmi lagi, ronde kedua ke Trusmi ini memenuhi keinginan ibu-ibu yang masih penasaran atau bertambahnya permintaan oleh-oleh dari keluarga dan sanak soudaranya. Bosan di Batik Nova, bersama teman2 sy menyusuri jalan di Trusmi... lumayan akhirnya mampir di Batik "Annur" yang lokasinya agak di pojok, tapi harga batik nya lebih murah.
Jam 4 sore, bis berangkat menuju Jakarta, Supir mengambil jalan melalui jalan biasa bukan melalui kota Cirebon langsung Toll Cikampek, sehingga perjalanan mulai dari melintasi Sumedang, Subang, Purwakarta, akhirnya keluar di Toll Sadang menuju Jakarta. Di Purwakarta, sempat Ibu-ibu istirahat sebentar sambil belanja Tahu Sumedang dan Tape Singkong (Peuyeum yang terkenal manis).
Perjalanan panjang penuh liku dan jalan kriting, membuat perut kita ter Koclok-koclok selama ber jam-jam (jadi ingat Mie Koclok Cirebon..). Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Jl. Pejambon (tempat penjemputan para suami masing-masing) pada jam 11 malam... wow... perjalanan panjang yang bikin ngantuk, badan terasa sakit, bosan dan sebagainya campur baur jadi satu. Selamat tiba di rumah masing-masing, keluarga dan tetangga mencicipi oleh-oleh khas Cirebon, jiwa sehat segar setelah rekreasi... terimakasih Tuhan... semua berjalan lancar sesuai yang direncanakan.
Perjalanan dimulai dari rumah jam 5.00 subuh.. maklum tempat kumpulnya di Pejambon jam 6.00 pagi sudah harus di lokasi. Waduh!! sampe di Pejambon, masih sepi... jam menunjukan 5.45 pagi. 20 menit berikutnya baru deh ibu-ibu mulai berdatangan... sampai jam 6.30 semua ibu-ibu sudah lengkap dan Bis berangkat.
Udara pagi yang masih cukup segar, ngobrol, bercanda ria didalam bis, gakterasa jam 11.00 kita sampai di SentraPembuatan Batik di Desa Trusmi, Plered, Cirebon. Inilah tujuan pertama tour kita. DiBatik Salma, milik Ibu Trisalela Gumelar yang ternyata masih saudara suami sy.
Mula-mula kita menuju tempat pembuatan Batik Tulis (diseberang show room) yang dibuat para pengrajin perempuan asli cirebon (gambar kanan) yang tekun membuat pola, menggoreskan malam dengan canting, sampai teknik pewarnaan dengan melelehkan malam dengan air panas. sepertinya mereka tidak merasa terganggu oleh kehadiran kita yg rada berisik..
Makan siang Empal Gentong, Sega Lengko dan dessert Es Kelapa muda sirup campolay serta Pisang Saba goreng yang disiapkan Butik Salma, sambil ngobrol. Beneran asli masakan Cirebon emang enak euy.. (Gambar Kiri Empal Gentong, Kiri bawah Sega lengko dan Es Kelapa Sirup Campolay)
Selesai makan siang dan sholat zuhur, dilanjutkan dengan hunting batik sampai jam 4 sore. hmmm... cukup banyak waktu yg disediakan panitia, maksudnya supaya ibu-ibu puas memilih apa yg diinginkan.
Baru satu tujuan wisata, kursi bis bagian belakang sudah penuh dengan batik dan kerupuk Mlarat/Mares (krupuk khas cirebon yg dimasak dalam pasir panas) yang dibeli ibu-ibu sebagai oleh-oleh.
Berikutnya kita menuju Hotel Santika Cirebon, tempat kita menginap semalam. 6 kamar di lantar 5 yang berjejer dengan pemandangan kehijauan lahan kosong dan kolam renang Hotel. Hotel Santika Resort, sesuai dengan namanya suasana resort menjadi begitu dominan dalam interior maupun eksteriornya.
(Gambar kanan : di Lobby Santika Hotel Cirebon).
Mandi sore dan Sholat magrib dikamar hotel. Jam 7 sore berangkat menuju Restoran Sea Food yang lumayan terkenal di Cirebon. Resto dengan disain bangunan tradisional, menggunakan pintu Gobyok ukiran kayu dan dinding bata merah. Sepi.. pengunjungnya hanya group kita malam itu. Duh terasa eksklusif makan malam kali ini.. sesuai dengan harganya yang disebut makan malam termahal tanpa gaun malam (canda Ibu lastry).
Keliling Kota Cirebon (City Tour) setelah makan malam. Menikmati Cirebon diwaktu malam yang temaram... sepi. Melalui beberapa bangunan peninggalan belanda, pelabuhan, Keraton Kacirebonan yang sedang ada pentas tari sebuah sanggar tari dan Gedung Pabrik Rokok BAT yang masih memproduksi Rokok Putih merek Commodore khusus untuk eksport.
Pagi hari setelah sarapan di Hotel dengan menu mulai dari tradisional Bubur Cirebon, Nasi Jamblang sampai menu internasional Roti, salad dan banyak pilihan lainnya. Sekali lagi, jangan pernah diet dalam wisata ke Cirebon, anda bisa rugi kalau tidak mencicipi aneka makanannya.
Jam 8 berangkat menuju Makam Sunan Gunung Jati. Melihat didalam area makam kegiatan yang biasa dilakukan penduduk disekitar serta para turis lokal (biasanya kelompok pengajian) yang khusus tahlil diadakan rutin 3 kali seminggu.
(gambar kanan : Makam sultan ada didalamnya, kiri : jejeran makam para kerabatnya)
Jejeran makam kerabat Sunan tersusun secara berurutan sesuai hirarki keluarganya.
Sayangnya pengutipan uang tiket disini tidak dilakukan secara resmi. Mulai dari parkir bis yang cukup mahal (Rp. 35 ribu), begitu pintu bis terbuka, sudah banyak anak-anak yang meminta sedekah, sambil terus mengikuti kemanapun kita melangkah. Insiden kecil terjadi saat seorang teman memberi sedekah kepada anak yang terlihat cacat mental, maka anak2 yang lain akan menyambar uang yg diberikan.. sehingga terjadi keributan kecil. Pemberi sedekah semakin dikerumuni peminta sedekah lainnya.. sampai susah untuk melangkah.
Di pintu masuk kita diminta untuk bersedekah dalam tromol yang disediakan.. dan setiap 1 meter, akan ada tromol atau bapak-bapak peminta sedekah. Aduh!!! beginikah cara mereka hidup? cukup meminta sedekah dari para pengunjung, tanpa kerja? Menyedihkan... yang paling miris adalah mendengar bisikan (kata Guide), harus menyumbang sampai Rp 5 juta, kalau rombongan mau melongok kedalam, dan Rp. 50 Juta apabila berniat sampai di Puncak makam, tempat sunan dan permaisuri disemayamkan. Itu semua dilakukan dengan cara bisik-bisik alias ilegal... duh... makam dijadikan ajang cari uang... sedih sy mendengarnya. smoga para Ulama disana segera menyadarkan peduduk yang melakukan praktek2 yang memalukan ini. Masih adakah orang yang meminta doa untuk kesuksesannya di makam ini? (hari gini masih berbuat syirik!, apa kata dunia!!!)
Kembali ke area makam, ada tempat sembahyang Permaisuri yang berasal dari cina (masih dengan kemenyan) dan Pendopo (tempat sholat) dengan banyak pancuran air untuk berwudhu. Paduan dua budaya dan dua agama ada dalam satu area disini. (Lihat gambar atas : tempat sembahyang agama budha dan Tempat sholat yg bersebelahan, saat tahlil).
Dari makam kita kita mampir di Gua Sunyaragi (Raga nan sunyi). Legenda Gua ini dahulunya digunakan orang yg berniat pergi ke Mekkah, konon cukup bersemedi di Gua ini, maka jiwanya akan sampai di Tanah suci Mekkah. Hati-hati Ular mengintai anda saat wisata diarea yang cukup menyeramkan ini, kondisi ilalang yg tidak pernah dipotong, rumah yang agak lembab, tempat yang baik untuk ular berkembang biak.
Kemudian kita menuju Kuningan, tempat Perundingan atau Perjanjian Linggar Jati ditanda tangani Bung Karno dan para pemimpin manca negara. (Gambar kiri atas : Diorama perjanjian linggar jati, Kanan : Di ruang perjanjian)
Rumah peristirahatan diatas bukit nan asri, dengan pemandangan perumahan penduduk yang tertata rapi ini merupakan rumah orang belanda pemilik Perkebunan Tebu di Kuningan.
Harga tiket masuk rata-rata Rp. 75 ribu sampai Rp 100 ribu per rombongan.
Dari Linggar Jati kita menuju Kolam renang Cibulan, yang konon legendanya ada ikan berwana transparant hidup sana.
Ternyata banyak juga tempat wisata di Cirebon yang penuh dengan creita legenda yg gak masuk diakal. Mungkin perlu para pakar ilmu yang terkait meneliti kebenaran cerita2 lama ini. Supaya lebih bisa diterima akal sehat maksudnya.
Usai dari Kuningan ini, mampir sebentar makan siang di Restoran Sunda "Ampera" di Jalan menuju Cirebon, kemudian penutup wisata kita adalah Sentra Batik trusmi lagi, ronde kedua ke Trusmi ini memenuhi keinginan ibu-ibu yang masih penasaran atau bertambahnya permintaan oleh-oleh dari keluarga dan sanak soudaranya. Bosan di Batik Nova, bersama teman2 sy menyusuri jalan di Trusmi... lumayan akhirnya mampir di Batik "Annur" yang lokasinya agak di pojok, tapi harga batik nya lebih murah.
Jam 4 sore, bis berangkat menuju Jakarta, Supir mengambil jalan melalui jalan biasa bukan melalui kota Cirebon langsung Toll Cikampek, sehingga perjalanan mulai dari melintasi Sumedang, Subang, Purwakarta, akhirnya keluar di Toll Sadang menuju Jakarta. Di Purwakarta, sempat Ibu-ibu istirahat sebentar sambil belanja Tahu Sumedang dan Tape Singkong (Peuyeum yang terkenal manis).
Perjalanan panjang penuh liku dan jalan kriting, membuat perut kita ter Koclok-koclok selama ber jam-jam (jadi ingat Mie Koclok Cirebon..). Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Jl. Pejambon (tempat penjemputan para suami masing-masing) pada jam 11 malam... wow... perjalanan panjang yang bikin ngantuk, badan terasa sakit, bosan dan sebagainya campur baur jadi satu. Selamat tiba di rumah masing-masing, keluarga dan tetangga mencicipi oleh-oleh khas Cirebon, jiwa sehat segar setelah rekreasi... terimakasih Tuhan... semua berjalan lancar sesuai yang direncanakan.
No comments:
Post a Comment