Posted by Iis on Apr 9, '09 4:41 PM for everyone
Puncak dari kacaunya DPT diwilayah tempat tinggal sy masih terjadi sampai tadi pagi. Pengalaman pribadi ini sy yakin banyak teman sependeritaan yang juga mengalami peristiwa yg cukup bikin kecewa ini.
Awalnya, jadi crita kronologinya nih. Sejak membeli rumah di Larangan th 1993, sy tidak pernah pindah2, kecuali ikut pindah sementara ke LN karena tugas suami. Jadi untuk urusan tetangga se RT sudah tidak asing lagi, apalagi warga di seputar rumah sy termasuk penduduk tetap, artinya jarang sekali berpindah. Setiap kali kembali, sy kembali ketemu teman2 lama se RT. [gambar kiri atas, teman sy membuka surat suara didepan si Bakri (kanan duduk), dibelakang ada Pak RW (pakai peci, duduk). Saksi duduk (baju hitam)] Pada Oktober 08 lalu, saat ada pemilihan PILKADA, sy termasuk yg tidak punya hak pilih, padahal sy sudah berada di Jakarta sejak Juni 08, bahkan suami sy sudah menetap kembali sejak Februari 08 yl. Tentunya segala kewajiban sebagai warga sudah aktif kembali. Ibu pengurus RT, cuma meminta sy mendoakan agar wilayah kita punya Walikota yg baik.. sambil kasih kabar kalu sy dan suami tidak dapat undangan pemilihan PILKADA. Hmmm mulanya sy diam aja.. walau dalam hati, sy tau itu artinya sy kehilangan hak pilih, kemungkinan data kependudukan sy hilang di Kelurahan/Kecamatan atau terjadi jual beli suara... but I don't care. (gambar kanan : Kotak suara yg sudah di contreng) Kalau bukan karena desakan anak sulung sy yg baru pertama ikut pemilu, mungkin sy tidak pernah peduli. Fafa meminta sy untuk memastikan kalau dia bisa ikut PEMILU April 09 ini. Akhirnya Sy ke Kelurahan, mengecek sambil melaporkan hak pilih sy yg hilang saat PILKADA. Jawaban enteng dari petugas Kelurahan cuma disarannya menghubungi Ketua RT dan RW untuk melihat Data yg sudah updated. Sejak Oktober itu, sy memfolow up urusan DPT ini. (gambar kiri : teman sy didepan bilik suara) Beberapa kali teman sy menyarankan sy untuk pergi ke Kelurahan, sy cuma menjawab dengan senyum sinis.. "hello........ spt tidak tau saja bagaimana cara mereka bekerja, sy tidak mau dijadikan bola, dilempar sana sini lagi.. kalu sudah proses berjalan lewat RT, RW dan sebagainya, knapa mesti sy yg harus memastikan." Pengurus RT yg juga teman sy, selalu memberikan bukti bahwa dia sudah melaporkan kepada petugas terkait. Namun sampai H-4 PEMILU, saat yg lain mendapat formulir C4 (undangan PEMILU), sy terpaksa harus menunggu hari berikutnya, akibat data yg diberikan pengurus RT tidak diproses. Entah bagaimana caranya, akhirnya Formulir C4 sy terima dari Pengurus RT tsb. Sampai pagi hari H Pemilu, Pengurus RT meminta sy datang agak siang, karena updated data masih dalam proses, 1 jam kemudian Pengurus RT memastikan DPT sudah Updated. Sy menuju TPS jam 8 pagi, duduk menunggu 1 jam, barulah si petugas pendaftaran TPS mengatakan kalau nama sy dan suami tidak ada dalam DPT. Alamak... perlu waktu 1 jam untuk mencari nama yg cuma berjumlah 350 orang saja... ironisnya si Petugas Pendaftaran ini (kita sebut aja si Bakri) adalah warga se RW sy juga. Masa sih aneh sama nama2 yg tertera di DPT yg semuanya tetangganya???? Proses naik ke Ketua TPS, yg juga Pak RW. Lha wong sy dapat formulir C4 tanda tangan Pak RW ini (kita sebut aja Pak RW ini Pak Bembi). Sy yg sehari sebelumnya sudah melihat bukti DPT dari pengurus RT, jadi heran... apalagi Pak Bembi bilang bahwa tadi pagi dia sudah mengganti DPT yg lama menjadi baru.. Ternyata... Pak Bembi salah menyisipkan fotocopy yg baru, akhirnya yg digunakan tetap DPT lama... Setelah acara ribut2 antar mereka di TPS yg di tonton para saksi anak2 muda kader partai, akhirnya DPT dari Pengurus RT dipinjam untuk menggantikan DPT yg ada. Yg bikin sy kesal sikap si Bakri itu. Mestinya disadari.. kalau kekacauan DPT terjadi dimana2, maka unsur terkecil masyarakat RT dan RW lah yg jadi rujukan, karena merekalah yg paling tahu tentang warganya. Gayanya si Bakri yg sok pejabat... padahal cuma diangkat jadi petugas TPS doang, sambil bilang bahwa dia disumpah jadi tidak bisa merubah DPT yg ada dan meminta sy keliling ke setiap TPS di Kompleks Larangan (lebih dari 11 TPS) untuk mencari nama sy dan bisa mencontreng di TPS tersebut, serta blah...blah.. blah.. (sy udah gak kepingin dengar omongan yang makin ngawur). Cara kerjanya si Bakri yg kaku, cuma mengikuti DPT yg salah ditambah dengan lambatnya dia bekerja... (cari nama dari 350 orang aja perlu waktu 1 jam jeh!!!), membuat sy berkesimpulan, kalau banyak sekali model si Bakri ini di Republik ini... maka... urusan kecil DPT bisa tidak pernah selesai... lalu bagaimana dengan pekerjaan besar bisa dilakukan, kalu tidak ada kesadaran untuk merubah mind set. Walau akhirnya si Bakri sempat meminta maaf atas kejadian mengecewakan ini... sambil sy mencontreng sy katakan.. "Tidak apa-apa, kejadian DPT Kacau ini bukan cuma di TPS ini saja, sudah jadi rahasia umum kalau DPT kacau, jadi tolong aja dicarikan solusinya dengan penuh kesadaran tanpa membawa kepentingan politik tertentu, dan jangan ngomong ngawur dulu!!!" Buat sy sebagai warga negara, capeeee deh... PEMILU gaya begini.... Joke soal DPT, peristiwa "Dibelakang TPS" Si Adik menunjukan bekas tinta (tanda sudah menconteng pada Pemilu April 09) kepada kakaknya Kakak (sambil merengut) : De, kamu kok bisa nyontreng, umurmu kan belum cukup.. sy aja belum.. Adik (surprise wajahnya) : Lah.. itukan cuma karena soal DPT, namaku ada kok dalam DPT. Jadi kenapa tidak, sy gunakan saja hak suara sy... Ibunya bilang ke photographer : Lumayan Bu, contrengan cucunya bisa buat nambahin suara buat Neneknya yang ikut nyaleg Photographer : HAH.... GUBRAK!!! (pingsan) |
Monday, August 13, 2012
DPT Pemilu Kacau
Labels:
Jakarta
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment