Monday, August 13, 2012

Mudik Ke Kampung Sungai Haji Dorani


Sejauh mata memandang, padi di sawah terbentang luas menjadi lanskap indah untuk dinikmati di kampung Sungai Haji Dorani. Kampung yang terletak di daerah penghasil padi terbesar di Negeri Selangor Malaysia. Bersama teman-teman ASEAN Ladies Circle, kami mengikuti tour sehari atas undangan Tourism Malaysia. Selembar kertas program acara yang ditawarkan menarik untuk diikuti. Menempuh perjalanan dengan kendaraan Bis wisata selama 2 jam dari Kuala Lumpur.
Sesampainya di Kampung yang terletak disebelah utara Negeri Selangor, tepatnya terletak di daerah Sabak Bernam, upacara selamat datang telah menanti. Barisan penduduk kampung berseragam pakaian muslim untuk wanitanya dan Batik serta sarung untuk laki2, menyambut dengan jabat tangan hangat, seolah menyambut kedatangan saudara mereka dari kota. Sambil duduk menikmati hidangan kelapa muda dan kue getuk kampung, musik gamelan mengalun ditelinga, dihadapan kita para penabuh gamelan menggugah suasana kampung yang sesungguhnya.
Musim tanam padi pada bulan april dan oktober dan dipanen pada bulan Januari dan Juli. Memancing ikan disawah setelah selesai musim tanam merupakan kegiatan yang mengasyikan untuk dilakukan.. Menyaksikan kerja menyemai, membajak, menuai dan menumbuk padi dengan lesung dan alu yang dilakukan secara tradisional Oh... itu semua tentunya mengingatkan kita pada kampung terpencil nun jauh ditanah air kita dimana suasana ramah orangnya yang kebetulan masih keturunan Jawa dan Banjar menjadikan semua itu membangunkan angan kita pada suasana pedesaan. Ngobrol bersama mereka menggunakan bahasa jawa abangan, membuat kita makin dekat dengan suasana dikampung sendiri. Ditempat ini disediakan juga rumah yang bisa disewakan untuk bermalam, tentu saja dengan suasana yang asli pedesaan, dengan toiletnya yang terpisah, berada dibelakang rumah. Kadang toilet asli yang berdiri diatas sawah, lengkap dengan kain basahan untuk mandi.
Saat makan siang, menikmati hidangan asli ala kampung seperti gado-gado, ikan goreng, air kelapa muda, serta kue-kue getuk yang terbuat dari singkong, kembang goyang, kue semprong, bolu kampung, keripik singkong, keripik pisang, rempeyek dan rengginang. Beberapa diantaranya sudah dikemas dan siap untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Usai makan siang, acara menyaksikan Upacara Perkawinan Tradisional adat melayu, diawali dengan iring-iringan pengantin berjalan menuju pelaminan yang telah dihias cantik, dengan iringan gamelan, pertunjukan tari pencak silat dihadapan mempelai serta upacara pemberian ucapan selamat kepada mempelai dengan istilah „Renjis air mawar“, beberapa urutan upacara merenjis ini persis seperti adat melayu di daerah Sumatera, seperti memberikan beras kuning, bunga2an dan meneteskan air mawar ketangan mempelai serta pemberian bunga telur bagi pengunjung yang telah memberikan ucapan selamat sebagai tanda terima kasih berupa souvenir.
Disamping menanam padi, penduduk disini juga memiliki perkebunan mangga, pisang, pembuatan Kue Bolu, makanan lain dan pembuatan kain Batik yang sudah menjadi sebuah industri kecil. Tourism Malaysia mengemas semua obyek yang ada menjadi sebuah paket wisata ‚pulang kampung’.
Dikebun mangga madu yang dihasilkan, kita bisa menikmati Juice mangga, mencicipi manisnya buah mangga yang baru saja dipetik dan memetik sendiri buah mangga yang akan kita bawa pulang sebagai oleh-oleh.
Didapur pembuatan kue Bolu, kita bisa menyaksikan pembuatan kue, belajar mengaduk adonan, memanggang kue serta mencicipi hasilnya yang baru saja keluar dari oven, wow... oven fresh.
Dan disekitar kebun pisang, industri kecil berupa pembuatan keripik pisang dapat kita saksikan langsung dari dapurnya, dan setelah matang, bisa langsung kita nikmati dan beli dengan harga cukup murah untuk dibawa pulang.
Ditempat pembuatan batik, pengunjung diberi peluang untuk mewarnai design batik yang ada sampai selesai, dan hasilnya bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.
Jika anda rindu kampung halaman, liburan di Kampung Haji Dorani ini bisa menjadi pilihan yang akan membebaskan anda dari tekanan kerja dan tanggung jawab di kota, merasakan kehidupan sebagai orang kampung yang sesungguhnya, jauh dari hiruk pikuk kota, dengan kegiatan pedesaan yang menarik untuk dinikmati. Pengalaman masa kecil, kenangan mudik ke kampung, akan senantiasa segar bermain didalam ingatan.
Dipersembahkan dengan budaya dan adat masyarakatnya yang sebagian besar berasal dari keturunan Jawa, Banjar dan Melayu, kami bersyukur karena tidak perlu jauh-jauh terbang dengan pesawat untuk menikmati suasana kampung, cukup menempuh perjalanan 2 jam dengan mobil saja sudah bisa menikmati „mudik ke kampung“.
Dimuat dalam Majalah Dharma Wanita Persatuan KBRI Kuala Lumpur, Edisi Juni 2005.

No comments: